Sabtu, 30 Januari 2016

Taman Unyil Wisata Meriah di Ungaran Untuk Anak- Anak

Ketika kita mendengar kata "Taman unyil" pasti terbayang sesosok boneka imut berpeci hitam yang selalu bersama temannya Usrok dan pak Ogah yang kepalanya plontos. Memorial tahun 90 an itu masih kuat menempel di benak masyarakat kita hingga kini. Bahkan di salah satu stasiun televisi kita ada program tayangan laptop si unyil.

 
Begitu hebohnya kala itu sehingga anak-anak di era 90an menjadikan Si Unyil sebagai tayangan favoritnya.Tokoh Pak Raden di gambarkan memakai blangkon, bertongkat,suara hambar dan berkumis centeng adalah ciri khas dari pencipta Si Unyil ini.Meskipun creator Si unyil ini sudah meninggal dunia tahun kemarin tetapi setidaknya sosok Pak Raden selaku pencetus ide kreatifitas ini masih melekat di hati para pecinta kisah Si Unyil.
 
Menarik memang ketika mengulas tentang si Unyil ini namun di sini kita tidak membahas tentang boneka lucu tersebut tetapi yang akan kita bahas adalah sebuah taman sederhana untuk bermain bagi anak-anak yang menjadi salah satu icon Kab. Semarang Jawatengah. Dan secara kebetulan Taman bermain ini begitu populernya di masyarakat sekitar dengan nama Taman Unyil.

Sebuah Taman kota yang hanya berukuran kurang dari setengah hektar ini menyediakan berbagai permainan sederhana khusus untuk anak anak. Mungkin juga karena luasnya tidak seberapa maka Taman kota ini dinamakan Taman Unyil oleh masyarakat Ungaran dan sekitarnya.

Taman Unyil sendiri letaknya cukup strategis karena dekat jalur utama Semarang -Solo-jogja  sehingga sangat mudah diakses oleh semua kalangan. Area taman yang cocok untuk tempat anak-anak dibawah umur mengekspresikan keenergikannya.

Sebenarnya selain ajang bermain untuk anak-anak kawasan ini juga di salah gunakan oleh muda-mudi untuk berkencan liar. Memanfaatkan penerangan yang redup mereka para dua sejoli menjadikan tempat ini sebagai ajang berbuat seronok. Karena memang Ketika malam tiba area ini sangat sepi sebab letak lokasinya sendiri bukan di tengah keramaian kota Ungaran tetapi di pinggir.

Meskipun banyak peringatan dari pihak satpol pp dan masyarakat setempat. Tetapi karena sudah merebak di kalangan para generasi muda maka tindakan ajang bermadu kasih justru kian marak.Banyak laporan datang dari warga sekitar kepada pihak terkait karena merasa resah dengan fenomena ini. .
Menindaklanjuti laporan warga maka langkah tegas dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini adalah pihak pemerintahan Kabupaten Semarang. Jelas fenomena ini memperburuk citra Kab.Semarang setelah maraknya prostitusi terselubung di Bandungan.

Yang mau tidak mau telah mencoreng masyarakat Kab.Semarang. Langkah penindaklanjutan dari keresahan masyarakat sekitar adalah dengan mengganti nama dari Taman Unyil menjadi Taman Serasi.Dengan harapan penggunaan fasilitas taman kota ini sesuai dengan namanya yaitu Serasi.

Tidak jarang juga ada patroli baik dari pihak aparat dan masyarakat sekitar untuk mengkondisikan taman kota ini supaya tidak di jadikan ajang kencan lagi. Pihak aparat dan warga saling bekerjasama dalam mengharmoniskan kawasan ini. 

Akhirnya  area ini di perbaiki sedemikian rupa dan lebih terawat tertata rapi.sehingga semakin ramai pengunjung. Tidak sedikit pula rombongan Keluarga mengajak putera - puterinya ke kawasan yang berlokasi di dekat perbatasan antara ungaran dan pudakpayung ini.Ada juga rombongan anak - anak Tk berkunjung di taman Serasi ini.

Sibuah hati anda akan merasa bebas bermain di area ini karena dikelilingi pagar pembatas setinggi 1 meteran. Dilengkapi juga dengan aneka jenis patung binatang dan ayunan yang memanjakan dunia anak. Khusus bagi para orangtua tidak perlu kuatir dengan keselamatan mereka. Kita sangat mudah memantau anak - anak kita bermain di sini.

Sekarang di sediakan area parkir dan banyak penjaja makanan di sekitar area ini. Di tempat ini Pengunjung biasanya berfoto ria bersama sibuah hati. Dengan narsis dan berbagai gaya selfinya di luapkan di taman tempat ini. Taman Unyil telah menjadi satu-satunya Wisata Meriah di Ungaran khusus Untuk Anak- Anak.

                                      
 
Jadi bagi anda terutama keluarga , ajaklah putera - puteri anda ke taman bermain ini. Bersih tertata rapi dan yang jelas memanjakan anak dengan aneka ragam permainan. Bahkan yang menarik adalah gratis tidak dipungut biaya. Inilah salah satu wujud perhatian pemerintah Kab.Semarang kepada masyarakatnya.Apreasi untuk pihak pemerintah yang telah mengkondisikan Taman Kota ini menjadi tempat bermain bagi anak - anak kami. 

Selasa, 26 Januari 2016

Ngarot a phenomenal tradition of virginity testing in Indramayu western Java community

If the girl was not a virgin anymore, a series of flowers will wilt, "says Raidi Bin Papung, Lelea Village Head, District Lelea,
In addition to the crown of flowers, the girls also decorated special clothing, namely kebaya, scarves, fabrics, jewelry necklaces, bracelets, and rings. The virgin is also using the typical uniform, ie, a pair of black komboran clothing, complete with head iket sheet.


Shortly talking, Raidi rushed continue preparations ceremony following the cue which was read Suparno (59), a Civil Cultural District of Lelea, from the Department of Youth, Sports, Culture and Tourism (Disporabudpar) Indramayu district.

With loudspeakers, Suparno refer to a series of terms that became the order of rows in a procession Ngarot.

First row filled by Kuwu and Kuwu Prickly (wife kuwu), followed Ewena Guardian (wives of officials or perangkats village), Cuwene Ngarot (bride Ngarot woman), Jidur (traditional art form jidur, trumpet, guitar, krecek, and others) , Pamong Laki (village men), Single Ngarot (groom ngarot), reog (art reog), Rural Institutions (LPM / BPD / and others), and ends genjring art.
Indramayu district, in the midst of preparations Ngarot tradition, Wednesday (25/11/2015).

Rows says it is a myth ancestor to this day is still maintained.
Not just a myth, a sentence that will continue to be preserved because it has a lot of value and meaning to the lives of people, especially the youth generation.
Raidi call, the myth serves as a deterrent so that the future generation, especially the descendants of the village Lelea, always retain the manners, including purity and cleanliness.

"(Myth) was nice as a brake, so that children do not do a no-no. It is a positive value, and prevent children not to do anything, "he said before holding a ceremony.



In Ngarot tradition, the village girls dressed since morning both parents and neighbors. They use a number of flowers strung together into a crown.
Some flowers are used, among other things ylang, jasmine, rose, sunduk and pandanus flowers.

"In addition to the fragrance, the entire interest implies purity and cleanliness," said the man who had served as head of the village for four years.

"The convoy is named procession Ngarot. They go around the village Lelea, rotating in each village border point and ends at the village hall office Lelea. Here was, we held a ceremony Ngarot, namely the government and village elders entrusted to the girl and a virgin bride, seed rice seeds, water, fertilizer, hoes, and a number of other agricultural equipment, "he said during the activity.

Provision of agricultural tools as a symbol of the effort to preserve the tradition that has born hereditary.
The girl and a virgin is expected to continue, and utilize land area of ​​approximately 2.6 hectares Kasinoman relics Ki Kapol great-grandfather, the founder of the local villages around the 1600s.

"Lelea peoples' traditional ceremony before the planting season this is what Ngarot. Even crops of agricultural land Kasinoman process, will be reused for Ngarot tradition from year to year, "he said.

Not far from the village chief's house, since morning, Sutami (45), villagers Lelea, already looks busy putting on two girls, Umiyati (18) and Salsa Nirmala (12).
Although not relatives, Sutami happy to arrange petals in the two girl's head.
Not only this year, he faithfully apply a neighbor girl, from year to year.

"I was never a bride Ngarot, when the age of 13 years. At that time, after the procession, the group Ngarot directly to the paddy heritage. Most of the groom memacul land, and most brides girl directly sowing rice seedlings, "he recalls.

Not only that, Sutami also told a number of other differences ngarot ceremony.
Previously, the entire interest rate used for the original crown.
But since about 20 years ago, some other flowers are made from paper.

Balekambang Coast charm. Her Bali on the island of Java

Being informed about the exotic coastal town shook the apple turns our adventurous spirit. Finally it was time our group 15 people from Salatiga desperate toward the sunrise to realize a dream that set foot on the south coast of east Java Kab.Malang.


One of the beaches that reportedly had in coming to the team two worlds. Reality show smelly faerie from one private individual television. His name Balekambang Beach Bantur precisely in the district which is already well-known across the country with a castle icon Ismoyo and pitunya wells. Puri Ismoyo itself is a kind of temple hindu which is above ground lot area of ​​100m square, to get to this temple we did not have to swim because there is a bridge along 70meter that cuts the fierce waves of the ocean to the south, so not to worry we would have been safe if you want to see the temple lsmoyo closely.

As for the Pitu wells located on the west approximately 3 km from the castle Ismoyo. the location of its own wells are in a jungle thick with leafy trees and Armed with this information we are getting curious to immediately arrive at the location. After traveling for 12 hours because the driver pack still scale hypocritical We finally arrived at the location around jm 10 late afternoon. Given the importance of this mission group in the 2 groups with consideration of the safety of the group.

The first group was named team "castle Ismoyo" led by Andi Dargo were assigned to focus on Ismoyo castle. The first team consisted of Irul Sanjaya, Mayapada Dika, Sigit Respati, Aji raditya and four girls that Lisa Juminten, Nawang Sudarmi, and two sisters, namely girls Yuyun sukamti and Rara supatmi. They were given the task of leader of the expedition that Gondang Pancasona to browse the details of the temple Ismoyo.emak thicket so the atmosphere is very quiet tense because sped off away from residential areas .. one word that comes is suerem also yes ...

While the second team was named team "well pitu" in the good fortune that a leader is Panut swargodono consideration because he never studied metaphysics in Papua for 2 years. Now for the second team consists of Ahwan rakawuning, Irfan jade, the Supreme Nalendra, Kunto Marwoto, and Gondang Pancasona the leader of the expedition team participated in the well pitu. Team is tasked to down a path full of mystical scent in the woods that leads to the well pitu.

According to reports circulating in the local community, especially the coastal areas this balekambang he often asks the average victim is a visitor from out of their abject kota.Kebanyakan when swimming at the beach balekambang. Whether or not we do not know exactly because our society is still stuck with the myth of the mystical. How about you?



Although the news gripping the mind but not daunting expedition team .. Since the purpose of the team is not to justify the heretical opinion, but the main purpose of the team is to probe the facts and the ins and outs of coastal beaches in Balekambang with glasses rational that it is proof of the power of the creator. So we merely prove that the phenomenon of land lots and unique pitu well as many local cultural diversity implies the philosophy that tinggi.Dan as a wise man to be clever to take lessons from this phenomenon.

Indeed realized by the team that in this area, especially the road to the well pitu terms with the mystical aroma. One is when we began to enter the gate area pitu wells did not meet anyone other than our team. Just a few meters down the road has been welcomed by a large tree located right on the roadside. Getting into the forest increasingly daunting as the road is narrow and slippery because the original is still far from a touch fierce modernization.

Along the road surrounded by a circular bamboo trees look like a long hallway that was even more lush and humid. Even many animals ape sound and strange sounds. Maybe the sound of wind crashed into the content of the forest. The sound of the waves began sounding faintly in the ears. It's a sign that we were getting into the forest.

The atmosphere more tense since been running around 500m we did not encounter wells in intent. Precisely bush belukarlah increasingly lush and dark. Which raised the fear of most teams. But thanks to the motivation of the leadership we finally solidified mentally that fear aside gods prove our faith levels only.

"So no matter how great the magic more powerful tetep allah swt power. Moreover, the fear of feeling yourself. Do not be a crybaby ..." said the leader.

Finally we are aware and so the search continued until the region in the form stopover at this location and there was a hole in the form of 4 meter deep well with blue water.

Did you know that this new place the first well. The atmosphere was mystical plus another amount of blood-sucking force (mosquitoes naughty) who continue to attack us. After we consulted agreed to return to shore.

"The first well is only so far and then how the next scary ... really tiring for sure .." we muttered.

Hasil gambar untuk pantai balekambang

Lessons that can be taken is to maintain an attitude of dignified human figure so although nowhere do not harm the environment or that sin in the forest. Still was friendly to nature. So our message to the reader when there need not be illegal, but think a mythical thinking rationally are based upon belief in the power of Allah swt.

And keep in mind do not go well pitu forest alone because it is scary. Hii ... ATUT ... aja yaa-do magical creatures .... Actually it will not bother us for not terusik.Justru with friends with alamlah our act of gratitude to the creator of the universe.

Indonesia translate 

Jumat, 08 Januari 2016

Wayang Kampung Sebelah sebuah representasi masyarakat terkini

Hari itu ada hal yang tidak biasanya terjadi di Jagad Pakeliran. Sang Prabu Kresna bertemukan muka dengan dua wayang yang merupakan tokoh dangdut nasional bernama Rhoma Ra Marimari, ditemani penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyangannya yaitu Inul Daratinggi. Pertemuan unik itupun bukan terjadi di Bangsal Sitihinggil Negara Dwarawati atau di tengah Alas Wonomarto, tapi terjadi di sebuah Balai Desa di mana Pak Lurah Somad bertugas.

Kisah diatas tentunya tak akan dapat ditemukan di cerita-cerita wayang kulit yang sesuai pakem biasanya. Cerita unik semacam itu hanya bisa terjadi dipakelirannya Wayang Kampung Sebelah. Wayang Kampung Sebelah merupakan wayang kreasi baru yang mengangkat cerita dan fenomena sosial yang sehari-hari terjadi. Tokoh-tokoh wayangnya pun bukan dari epos Mahabarata dan Rawayana, walaupun di cerita tertentu kadang dicampurkan juga. 


Tokoh- tokoh di Wayang kampung sebelah berbentuk manusia yang distilasi, yang merupakan figur dari sosok individu-individu dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat. Selain dua tokohnya yang fenomenal Roma Ra Marimari dan Inul Daratinggi, tokoh-tokoh lainnya seperti Karto Sang Pengangguran, Silvy Si Pelacur, Kampret Si Preman Pemabuk, Eyang Sidik Wacono Sang Tetua Kampung, Hansip Sodrun, Pemuda Alay, Pengamen Banci, Pak Lurah Somad, bahkan ada pula wayang yang berbentuk tokoh nasional Gus Dur. 


Pementasannya, Wayang Kampung Sebelah tidak diiringi dengan gamelan, namun alat musik modern seperti gitar, bass, drum, flute, saxophone dan seperangkat perkusi. Lagu-lagu yang dimainkan kebanyakan adalah lagu ciptaan dari Wayang Kampung Sebelah sendiri, dipadukan dengan berbagai lagu berirama dangdut atau campur sari yang sedang populer.

Dalam dialognya, biasa digunakan bahasa jawa sehari-hari (ngoko) atau bahasa Indonesia untuk memudahkan audience mencerna muatan dari kisah yang dibawakan. Cerita-cerita yang dikisahkan oleh Wayang Kampung Sebelah adalah tentang fenoma sosial dan politik dikeseharian hidup masyarakat seperti kemiskinan, penyakit sosial, lika-liku Korupsi para penguasa, masalah lingkungan hidup, masalah suksesi kepemimpinan dan aneka cerita lainnya. 
   

Humor-Humor cerdas yang mengandung kritik pedas, satire dan sinisme mengiringi setiap cerita, dialog, lirik lagu dan penokohannya. Bisa dikatakan bahwa wayang ini 100% berisi adegan gara-gara, karena dari awal sampai akhir cerita yang dimainkan selalu di kemas dengan kelucuan dan joke-joke segar. Di Wayang Kampung Sebelah, tidak hanya dalang yang boleh berbicara, para pemain musik, penyanyi dan penonton pun boleh ikut berinteraksi dan berdialog dengan Dalang atau tokoh-tokoh wayang yang ada di pakeliran.

Wayang Kampung Sebelah lahir dari keinginan agar wayang makin dekat secara nyata dengan masyarakat dan dunia kesehariannya. Wayang dengan genre baru ini digagas pertama kali ditahun 2000 oleh beberapa seniman yang bermukim di Desa Siwal, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, didalangi oleh Ki Jlitheng Suparman yang sekaligus sebagai penulis naskah. 

Dengan gaya penyampaian kisah yang ringan dan penuh humor, penonton diajak untuk mecermati permasalah dan fenomena sosial politik dengan tidak seberat ketika menyimak dialog para pengamat di televisi atau terhalangi simbol-simbol estetis di pementasan wayang-wayang klasik.

Kepedulian masyarakat umum pada fenomena sosial politik adalah awal yang bagus, yang akan ikut menjaga agar bangsa ini dijalankan secara benar karena apatisme akan membuat oknum-oknum perusak bangsa makin leluasa untuk menjalankan niat buruknya. 


Wayang Kampung Sebelah, adalah sebuah sajian hiburan ringan yang bisa diterima semua golongan, namun membawa misi besar bagi kehidupan masyarakat perkampungan ataupun bangsa secara keseluruhan. Dibalik gurauan dan humor-humor nakalnya, citra adi luhung wayang sebagai wahana tontonan dan tuntunan, bisa benar-benar dirasakan secara nyata. Selamat menikmati 67 tahun kemerdekaan dan selalu berpikir merdeka.

( Wayang kampung sebelah )

Ketika Kampret ( WKS ) mulai kritis terhadap Intimidasi.

Akibat ulah elitis, elitis di ranah dan di level mana pun, bangsa ini terpaksa harus menyandang penyakit kronis: tak paham lagi berkebudayaan dan berbudaya. Nyaris dari kita semua mempersempit makna kebudayaan dan mendangkalkan eksistensi kebudayaan. Kebudayaan dipersempit artinya sebatas produk-produk lokal yang berhubungan dengan ritual adat dan seni. Lebih parah ketika produk tersebut sebatas diletakkan sebagai komoditas, bukan wahana proses nilai. 


Itulah akar mengapa nyaris semua perhelatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan seni-budaya selalu saja terjadi kesalahan-kesalahan hingga pelecehan-pelecehan, perilaku yang justru berkebalikan dengan makna yang hendak diraih dari penyelenggaraan kegiatan tersebut. Betapa kita terlalu sering menyaksikan keberadaan kelompok yang bernama "PANITIA" yang perilakunya cenderung bertolak belakang dengan makna keberadaannya. Filosofi "Panitia" adalah merupakan sebuah "sistem pelayanan integral" terhadap sebuah "subyek" untuk mencapai maksud dan tujuan diselenggarakannya sebuah kegiatan. Sistem pelayanan integral yang menjadi tugas utama keberadaan panitia ini yang justru cenderung dilupakan. Maka yang berkembang kemudian adalah perilaku arogan dan oportunistik. Ketegasan yang dijalani seringkali tidak mengarah kepada kelancaran dan kenyamanan kegiatan, tetapi lebih mencerminkan perilaku "dumeh", "bermain" dan "menjilat". 

Perilaku buruk kepanitian seperti itu baru saja terpampang jelas di penyelenggaraan Festival Wayang Indonesia (FWI) 2013 di Museum Fatahilah, Kota Tua, Jakarta Barat, 4 - 7 Juli 2013. Sebuah festival wayang bergensi yang diselenggarkan oleh Yayasan Total Indonesia bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pelaksanaannya dipercayakan kepada Senawangi dan Pepadi. Subyek yang semestinya dilayani secara prima oleh panitia FWI adalah "talent" (subyek pelaku kesenian) dan "publik" (subyek pemilik kebudayaan). 

Karena keduanya merupakan target utama dari kegiatan, bukan pejabat yang seharusnya justru menjadi bagian dari kelompok pelayan. Tapi apa yang terjadi? Publik maupun talent sama-sama diatur-atur secara arogan. Maka tak aneh jika terjadi seorang Heru S Sudjarwo -- tokoh penulis buku pewayangan dan sineas wayang -- (representasi publik) harus diusir dari kursi, Wayang Kampung Sebelah (representasi talent) harus diusir dari hotel tempat menginap. Keduanya sama-sama diusir oleh yang namanya PANITIA. Itukah budi luhur yang diagung-agungkan oleh Festival Wayang Indonesia dengan segenap sistem dan perangkatnya? 

Tak berlebihan bila Kampret curiga, jangan-jangan FWI sama dengan rezim Indonesia sekarang, sebatas ajang proyek perampokan kanan-kiri oleh sebuah oligarki. Walahualam... #Kampret
Sumber : WKS